(Oleh: Andrew A. Navara & Diis Yosri)
Aku ingat betul
ketika ibu harus meniggalkan rumah, mengajakku bersama Laudya.Waktu itu terjadi
perdebatan yang hebat di dalam kamar mereka. Tangis ibu pecah di dalam sana.
Sedangkan bapakmenjatuhkan guci hingga menjadi berkeping-keping. Selepas menjatuhkan
guci, bapak mendadak hening dan langsung duduk di kursi. Aku melihat bapak
termenung dan tak mendegarkan tangis pecah ibu yang begitu keras.
Dalam diamnya,
aku melihat bapak lebih memilih acuh terhadap tangisan ibu dan memilih mengisap
sebatang rokok miliknya.