(Oleh
: Andrew A. Navara)
Matanya
terbelalak, dengan pakaian yang berantakan. Kulitnya memar, setelah terseret
air yang membawanya ke sebuah muara yang begitu kotor yang penuh dengan sampah
yang berbau busuk. Seketika kedua tangan mungilnya bergerak perlahan mengayuh
menuju daratan. Perlahan dan dengan pasti akhirnya ia sampai, dengan nafas terengah-engah.
“Kasihan sekali kau.
Untung tak tamat riwayatmu disana !”