Rabu, 28 Maret 2018 | By: Unknown

Mereka Itulah yang Enggan Menghadapi Kenyataan


Orang-orang yang tidak mau menghadapi kenyataan dalam hidupnya-lah yang akan melakukan berbagai macam cara, apapun itu untuk membuat orang yang beruntung di bumi ini menjadi orang-orang yang tersakiti hingga ia terpojok dan menyendiri.
Ya ..., terpojok menyediri, karena orang yang tidak mau menghadapi kenyataan dalam hidupnya itu, tengah memutar balikkan pada apa yang sudah ada. Pada sesuatu hal yang sampai membuat orang-orang yang pernah dekat dengannya itu, sangatlah tidak patut untuk didekati.

Orang-Orang yang Tidak Mau Menghadapi Kenyataan

Orang-orang yang tidak mau menghadapi kenyataan dalam hidupnya-lah yang akan melakukan berbagai macam cara, apapun itu untuk membuat orang yang beruntung di bumi ini menjadi orang-orang yang tersakiti hingga ia terpojok dan menyendiri.
-Andrew A. Navara-

Kata Benar dan Salah


Nak, ketika salah berkatalah salah. Ketika benar berkatalah benar. Ketika ragu jangan katakan apa-apa.
Di sana banyak sekali akan kebenaran. Namun kebenaran mereka dibungkam ... kebenaran yang penuh dengan keberanian itu juga terkadang akan menjatuhkan mereka, bahkan juga nyawa mereka menjadi jaminannya.
Ada yang juga salah, kemudian ia enggan mengatakannya hanya merasa dirinya-lah yang paling benar ... hanya dirinya yang merasa paling sempurna ... hanya karena dirinya menjadi atasanmu/seniormu yang akan malu nantinya ketika ia mengakui kesalahannya. Tidak Mengakui kesalahan adalah tingkah yang elegan baginya, berbeda dengan Mengakui ..., suatu tindakan yang memalukan hingga berkata pada diri, 'Mau ditaruh di mana muka ini, kalau mengakui salah.' Seakan-akan mereka-mereka itu, adalah manusia yang paling sempurna, manusia super sempurna yang tak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Bahkan lupa, sejak ia menjadi balita - remaja - hingga dewasa pernah melakukan kesalahan. Mungkin. Mungkin kesalahan yang tidak ia sengaja, yang ia sengaja, atauu yang tidak ia mau mengingatnya lagi.

World In Comedy - Part 8: Jalankan dan Kembalikan Lagi, Ketika Usai Sudah


Beberapa minggu lalu, terdapat kasus plagiat yang di sosial media. Tak main-main, jumlah karya yang diplagiat olehnya itu sudahlah mencapai 24 karya terhitung pada saat itu yang sudah ditemukan. Semoga cukup 24 saja. Tidak lebih dari itu.
Miris? Ya sangat miris sekali. Bagaimana tidak? Bayangkan saja, ketika kita sudah capek-capek menulis, capek-capek menggali ide, dan lainnya-lainnya ..., kemudian karya kita dicomot hanya dalam waktu kurang dari semenit dan sisa yang lebih dari semenit itu bisa jadi digunakan untuk mengatur tata letak yang apik dan lain-lainnya yang sudah diambilnya itu.
Terdapat Pro dan Kontra. Jelas banyak yang kontra, karena mereka yang kontra itu sangatlah tidak setuju sekali. Apalagi mereka-mereka itu adalah para penulis yang sudahlah memiliki banyak karya dan banyak pengalaman di dunia kepenulisan.