Heran
saya sama orang tersebut.
Ketika gurunya berlagak A.
Maka ia akan menjadi A.
Ketika gurunya berhaluan lain dan menjadi B.
Tingkah
laku ditirunya lebih dominan.
Bukan pada cara mengajar
dan membagikan ilmunya
ketika proses mengajar.
Gurumu
memang panutanmu.
Namun, apakah kamu mau menjadi seorang yang sama persis
dari
ujung rambut hingga ujung kaki seperti gurumu,
hingga kamu mengubah dirimu
menjadi 100% seperti beliau?
Hingga kamu lupa,
akan
siapa dirimu dan sesuatu yang ada di dalam dirimu?
Memodel memang perlu.
Menyadari
bahwa diri adalah berbeda,
tak kalah perlu untuk menyadarinya juga.
Sebab dari
situ akan nampak di mana kelebihan
dan kekurangan yang menjadikan berbeda pada
orang lain.
Hidup tak sebunglon itu, mengenai
hal tersebut.
Namun kadang memang
kita harus seperti bunglon
ketika berada di
luar 'wilayah/daerah' kita saat ini.
Menyelaraskan/patuh pada budaya
di mana
kita berada ketika di tempat orang lain.
Dan itu memanglah suatu keharusan.
Sebab di mana kita berpijak,
kita harus menyesuaikan yang ada,
pada tempat
pijakan kita tersebut.
Untuk dapat diterima, untuk dapat beradaptasi kembali.
Engkau yang demikian,
akan nampak
oleh seseorang yang sudah lama denganmu.
Engkau yang bukan diri engkau
sesungguhnya.
-Andrew A. Navara-
0 komentar:
Posting Komentar