Senin, 11 Juli 2016 | By: Unknown

Quote Buya Hamka


Siapa yang tak kenal dengan Buya Hamka?
Semua pasti kenal akan beliau.
Berikut quote beliau yang terkumpul
dalam goodreads yang saya copas ke dalam blog saya.
Sebagai simpanan dan pelajaran pula bagi saya.
Syukur-syukur, bagi Anda pula yang membacanya.

----

“Cinta itu adalah
perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia,
ia laksana setitis embun yang turun dari langit, bersih dan suci.
Jika ia jatuh pada tanah yang subur, di sana akan tumbuh
kesucian hati, keikhlasan, setia, budi pekerti
yang tinggi dan lain-lain perangai terpuji.”


***

“Kecantikan yang abadi
terletak pada
keelokan adab dan ketinggian
ilmu seseorang.
Bukan terletak pada
wajah dan pakaiannya”


***


“Kata-kata yang lemah dan beradab
dapat melembutkan hati dan manusia yang keras”

***


“Kalau hidup sekadar hidup,
babi di hutan juga hidup.
Kalau bekerja sekadar bekerja,
kera juga bekerja.”

***


“Diribut runduklah padi
Dicupak datuk Temenggung
Hidup kalau tidak berbudi
Duduk tegak kemari canggung

Tegak rumah karena sendi
Runtuh budi rumah binasa
Sendi bangsa ialah budi
Runtuh budi runtuhlah bangsa”


***

“Hujung akal itu fikir,
pangkal agama itu zikir”


***


“Saya akan pikul rahasia itu
jika engkau percayakan kepada saya dan
saya akan masukkan ke dalam perbendaharaan hati saya
dan kemudian saya kunci pintunya erat-erat.
Kunci itu akan saya lemparkan jauh-jauh
sehingga seorang pun tak dapat mengambilnya ke dalam lagi.”


***


“Lebih banyak orang menghadapi kematian
di atas tempat tidur daripada orang yang mati di atas pesawat.
Tetapi kenapa lebih banyak orang yang takut mati ketika menaiki pesawat
daripada orang yang takut menaiki tempat tidur.

More people can see the face of death
while their sleep in their own bed rather than people
who can see the face of death while their flying in the plane.
But why more people scare to take a plane than people who take a bed.”


***


“Positif, bukan negatif.
 Aktif, bukan pasif.”


“Jelas sekali bahwasanya rumah
tangga yang aman damai ialah gabungan
di antara tegapnya laki-laki dan halusnya perempuan”


***


“Panggilan 'ayah' dari anak-anak,
ketika si buruh pulang dari pekerjaannya,
adalah ubat duka dari dampratan majikan di kantor.
Suara 'ayah' dari anak-anak yang berdiri di pintu,
itulah yang menyebabkan telinga menjadi tebal,
walaupun gaji kecil.
Suara 'ayah' dari anak-anak,
itulah urat tunggang
dan pucuk bulat bagi
peri penghidupan manusia.”


***


“Tuhan, di dunia dan akhirat
aku ingin mengabdi
pada api Islam abadi
pimpin aku!
berkati perjuanganku!
Tuhan, aku ingin maju
menerjang rintangan engkar
di dadaku biar menggema
Allahu Akbar!
Allahu Akbar!”



***


“Ilmu mengarang itu diperdapat lantaran dipelajari;
diketahui nahu dan saraf bahasa
dan dibaca karangan punjangga-pujangga lain dan menirunya,
bisa orang menjadi pengarang."


***


“Kemunduran negara
tidak akan terjadi kalau
tidak kemunduran budi dan kekusutan jiwa."

***


“Jangan takut jatuh,
karena yang tidak pernah memanjatlah
yang tidak pernah jatuh.
Jangan takut gagal,
karena yang tidak pernah gagal
hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah.

Jangan takut salah,
karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat
menambah pengetahuan
 untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua.”


***


“Kerana apabila saya bertemu dengan engkau,
maka matamu yg sebagai bintang timur itu sentiasa menghilangkan susun kataku”


***


 “Oleh sebab itu maka bertambah tinggi perjalanan akal,
bertambah banyak alat pengetahuan yang dipakai,
pada akhirnya bertambah tinggi
pulalah martabat Iman dan Islam seseorang”



***


“Cinta bukan melemahkan hati,
bukan membawa putus asa,
bukan menimbulkan tangis sedu sedan.
Tetapi cinta menghidupkan pengharapan,
menguatkan hati dalam perjuangan menempuh
onak dan duri penghidupan.”


***


“Anak lelaki tak boleh dihiraukan panjang,
hidupnya ialah buat berjuang,
kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah,
dia tak boleh surut palang,
meskipun bagaimana besar gelombang.

Biarkan kemudi patah,
biarkan layar robek,
itu lebih mulia
daripada membalik haluan pulang.”


***

“Salah sekali persangkaanmu, Sahabat!
Bahwasanya air mata tiadalah ia memilih tempat untuk jatuh,
tidak pula memilih waktu untuk turun.
Air mata adalah kepunyaan berserikat,
dipunyai oleh orang melarat yang tinggal di dangau-dangau yang buruk,
oleh tukang sabit rumput yang masuk ke padang yang luas dan ke tebing yang curam,
dan juga oleh penghuni gedung-gedung yang permai dan istana-istana yang indah.
Bahkan di situ lebih banyak orang menelan ratap dan memulas tangis.
Luka jiwa yang mereka idapkan, dilingkung oleh tembok dinding yang tebal dan tinggi,
sehingga yang kelihatan oleh orang luar atau mereka ketahui hanya senyumnya saja,
padahal senyum itu penuh dengan kepahitan.”


***


“Manakah yang besar penderitaan kita
dengan penderitaan Nabi Adam?
Yang di dalam surga bersenang-senang dengan istrinya,
lalu disuruh ke luar.

Dan manakah yang susah penderitaan kita
dengan penderitaan Nabi Nuh,
yang menyeru umat kepada Islam,
padahal anaknya sendiri tidak mau mengikuti?
Sehingga seketika disuruh Tuhan segala ahli kerabatnya naik perahu,
anak itu tidak ikut.
Malah ikut karam
dengam orang banyak di dalam gulungan banjir.
Di hadapan matanya!
Dan kemudian datang pula vonis Tuhan
 bahwa anak itu bukan keluarganya.

Pernahkah kita lihat cobaan
serupa yang ditanggung Ibrahim?
Disuruh menyembelih anak untuk ujian,
ke manakah dia lebih cinta,
kepada Tuhannyakah atau kepada anaknya?

Yakub dipisahkan dari Yusufnya.
Yusuf diperdayakan seorang perempuan.
Ayub ditimpa penyakit yang parah.
Daud dan Sulaiman kena bermacam-macam fitnah.

Demikian juga Zakaria dan Yahya.
Yang memberikan jiwa mereka
untuk korban keyakinan.

Isa al-Masih pun demikian pula.

Muhammad lebih-lebih lagi.

Pernahkah mereka mengeluh?


Tidak,
karena mereka yakin bahwa kepercayaan kepada
 Tuhan
menghendaki perjuangan dan keteguhan.
Mereka tidak menuntut kemenangan lahir.
Sebab mereka menang terus.

Mereka memikul beban seberat itu,
menjadi Rasul Allah,
memikul perintah Tuhan karena cintakan manusia.
Oleh karena itu mereka tempuh kesusahan,

pertama membuktikan cinta akan Tuhan,
kedua menggembleng batin, ketiga karna rahim yang sayang dan segenap umat.”


***


“Kadang-kadang cinta bersifat tamak dan loba,
kadang-kadang was-was dan kadang-kadang putus asa.”

***


“Di belakang kita berdiri
satu tugu yang bernama nasib,
di sana telah tertulis rol yang akan kita jalani.
Meskipun bagaimana
kita mengelak dari ketentuan
yang tersebut dalam nasib itu,
tiadalah dapat,  
tetapi harus patuh kepada perintahnya.”


***


“Takut akan kena cinta,
itulah dua sifat dari cinta,
cinta itulah yang telah merupakan dirinya
 menjadi suatu ketakutan,
cinta itu kerap kali berupa putus harapan,
takut cemburu, hiba hati dan kadang-kadang berani.”


***


“Tetapi Tuan...
kemustahilan itulah yang kerap kali memupuk cinta.”


***


“Apakah keuntungan dan bahagianya cinta yang tiada berpengharapan?
Bukankah cinta itu sudah satu keuntungan dan pengharapan?”


***


“Saya merasa ingat kepadanya
adalah kemestian hidup saya,
rindu kepadanya membukakan pintu angan-angan saya
 menghadapi zaman yang akan datang.”



***

“Jangan takut menghadapi cinta.
Ketahuilah bahawa Allah yang menjadikan matahari dan memberinya cahaya.
Allah yang menjadikan bunga dan memberinya wangi.
Allah yang menjadikan tubuh dan memberinya nyawa.
Allah yang menjadikan mata dan memberinya penglihatan.
Maka Allah pulalah yang menjadikan hati dan memberinya cinta.

Jika hatimu diberiNya nikmat pula dengan cinta sebagaimana hatiku,
marilah kita pelihara nikmat itu sebaik-baiknya,
kita jaga dan kita pupuk, kita pelihara supaya jangan dicabut Tuhan kembali.

Cinta adalah iradat Tuhan,
dikirimnya ke dunia supaya tumbuh.
Kalau dia terletak di atas tanah yang lekang dan tandus,
tumbuhnya akan menyeksa orang lain.
Kalau dia datang kepada hati yang keruh dan kepada budi yang rendah,
dia akan membawa kerosakan.

Tetapi jika dia hinggap kepada hati yang suci,
dia akan mewariskan kemuliaan,
keikhlasan dan taat kepada Ilahi.”

***


“Yang amat ajaib ialah peperangan di antara otak dan hati.
Beberapa saat dia dapat dilupakan dan hati mengikut dengan patuh apa kehendak otak.
Tapi bila kelihatan rumah tangganya,
atau kelihatan rupanya sendiri,
dan kadang-kadang bila namanya disebut orang,
hati lupa akan perintah otak,
ia kembali berdebar ia surut kepada kenang-kenangannya yang lama.
Ini yang kerap kali mengalahkan anakanda.”




0 komentar:

Posting Komentar