Jumat, 03 Juli 2015 | By: Unknown

Kutunggu Hujanmu


(Oleh: Andrew A. Navara)
Ketika musim hujan kumerindukan kemarau, sebab di sana ku selalu dapat bertemu dengannya tak seperti ketika hujan. Waktu selalu batal ketika kami akan bertemu setelah malam kuserius berdoa agar esok tak hujan hingga tak dapat terkatup mataku.
Ketika musim kemarau kumerindukan hujan, sebab dalam hujan selalu tersimpan banyak alur cerita yang terdapat di sana, sambil medengarkan butir tetes hujan dalam jumlah milyaran dengan nada yang beraturan namun indah.
HUJAN…,
Kini ia pergi bersama butir milyaran tetes hujan yang setelahnya tumpah dari awan yang tak kuat menahannya, meresap ke dalam pori-pori tanah, dan ada pula yang menyatu dengan air sungat yang kemudian akhirnya bermuara ke laut.
BULIR…,
Bulir yang seperti ia saat ini. Ia kembali ke asal ia sebelum ada pertemuan antara aku dengannya di atas sana.
KEMARAU...,
Aku hanya dapat berharap kemarau agar berlalu cepat tanpa menunggu enam bulan lamanya. Sebab aku ingin hujan menyapaku selalu.  Sebab hujan adalah dia, bagiku!
Kau tahu??
Kini aku merindukan hujan sepanjang tahun. Aku berharap ia menjatuhkan salamnya kepadaku bersama hujan yang jatuh, lalu aku ingin memeluk salam yang dikirimkannya kepadaku itu.
‘Hai kau…, aku rindu kepadamu. Kau pasti tahu betul di atas sana bukan? Kau tahu juga pastinya, hanya hujan yang dapat mengobati rindu karenamu.’

- Andrew A. Navara- 

0 komentar:

Posting Komentar