Semuanya memaki, menginjak hingga tiada daya, tanpa ampun. Aku saja yang
merasakan sangat sakit. Tetapi ia masih saja menyunggingkan bibirnya melengkung
ke atas. Mengapa dia, apakah tidak akan terinjak harga dirinya ketika ia
diperlakukan demikian, lantas kalau ia tidak mau harga dirinya tidak terinjak
mengapa gerangan ia membiarkan begitu saja ? Geram rasanya melihat lelaki
tengil itu yang tak pernah mau membalas kepada semua yang mencaci, bahkan
menorehkan luka yang teramat dalam.
"Mengapa kau tak melawannya ??"
"Aku tak ingin memberikan luka yang sama terhadapnya.
Itu masalah sepeleh, nggak seharusnya dibesar-besarkan, juga kan ?"
Jawabnya yang datar. Untuk beberapa kalinya aku dibuat geram dengannya. Rasanya
ingin kutampar mukanya, biar tersadar. Dan tidak terintimidasi oleh sekitarnya.
"Ya nggak gitu juga, Martin. Aku ikhlas mereka melakukan itu kepadaku."
"Terus, apa yang aku lakukan kepada mereka jika dirimu
menjadi aku Ndy ?"
"Aku bakal balas... hajar mereka lebih kejam dari yang
aku lakukan. biar mereka tidak semena-mena terhadapku !" Jawabku yang
begitu antusias.
"Tetapi aku tidak bisa Andy, karena..."
Aku memotong pembicaraannya, "Kamu pasti bisa. Aku
yakin."
"Ya..., aku tidak bisa. Dan aku pasti bisa. Apakah kamu
nggak memikirkan sedikit. Untuk apa kamu membalasnya ? Memang kamu akan merasa
puas setelah melakukan itu. Dan mungkin mereka akan tunduk ketika kamu berjalan
di depannya. Tidakkah kamu memikirkan. Bagaimana perasaanmu berada di pihakku
yang merasa sakit, kemudian kamu menyakiti mereka dan pembalasan-pembalasan
akan datang terus-menerus, kepadamu suatu saat nanti ?"
Aku masih terpaku terdiam ketika mendengarkan ia berbicara.
Dibalik keluguan dan tengil. Dia begitu bijak menghadapi suatu permasalahan.
"Aku biasa-biasa aja Ndy. Karena aku yakin. Ada sesuatu
yang lebih dariku, sehingga aku diinjak oleh mereka. Suatu saat ketika dia
berada diposisi yang kita terima atas kelakuan mereka itu, mereka akan
merasakan hal yang sama. Tinggal mereka nanti. Apakah mereka akan menyadarinya
atau tidak. Percayakan saja kepada sang Pencipta dan ikhlaskan. Karena Dia akan meninggikan derajat
orang yang sedang terinjak suatu saat nanti. Sungguh sayang tangan, kaki, dan
mulut ini untuk mereka." Martin terkekeh.
Aku pun tersenyum.
-Selesai-
0 komentar:
Posting Komentar