Selasa, 05 September 2017 | By: Unknown

Bunglon

Heran saya sama orang tersebut. 
Ketika gurunya berlagak A. 
Maka ia akan menjadi A. 
Ketika gurunya berhaluan lain dan menjadi B. 
Maka ia akan menjadi B. Dan seterusnya.


Tingkah laku ditirunya lebih dominan. 
Bukan pada cara mengajar 
dan membagikan ilmunya ketika proses mengajar.


Gurumu memang panutanmu. 
Namun, apakah kamu mau menjadi seorang yang sama persis 
dari ujung rambut hingga ujung kaki seperti gurumu, 
hingga kamu mengubah dirimu menjadi 100% seperti beliau? 
Hingga kamu lupa, 
akan siapa dirimu dan sesuatu yang ada di dalam dirimu?


Memodel memang perlu. 
Menyadari bahwa diri adalah berbeda, 
tak kalah perlu untuk menyadarinya juga. 
Sebab dari situ akan nampak di mana kelebihan 
dan kekurangan yang menjadikan berbeda pada orang lain.


Hidup tak sebunglon itu, mengenai hal tersebut. 
Namun kadang memang
 kita harus seperti bunglon
ketika berada di luar 'wilayah/daerah' kita saat ini. 
Menyelaraskan/patuh pada budaya 
di mana kita berada ketika di tempat orang lain.


Dan itu memanglah suatu keharusan. 
Sebab di mana kita berpijak, 
kita harus menyesuaikan yang ada,
pada tempat pijakan kita tersebut. 
Untuk dapat diterima, untuk dapat beradaptasi kembali.


Engkau yang demikian, 
akan nampak oleh seseorang yang sudah lama denganmu. 
Engkau yang bukan diri engkau sesungguhnya.

-Andrew A. Navara-



0 komentar:

Posting Komentar