Rabu, 22 November 2017 | By: Unknown

Mengenai Tuntutan



Banyak yang menuntut menjadi diri kita untuk sama seperti orang lain. Terlebih lagi oleh orang terdekat dan juga keluarga kita, tanpa memikirkan apa-apa yang ada pada diri kita. Pula pada apa-apa yang memang sedang kita inginkan sewaktu dulu.
Terpaksa adalah akibatnya, hingga menjalani segalanya menjadi setengah-setengah. Begitupun, bila saatnya nanti akan memunculkan kata, "Ini bukan mauku pada awalnya."
Penolakanlah pada akhirnya. Lalu, pada akhirnya adalah penerimaan akan apa yang disesalinya. Mau tak mau, harus menerima dan juga mengubah presepsi yang tidak mengenakkan itu menjadi yang mengenakkan bagi dirinya.
Ia paham, bahwa dengan begitu lebih baik daripada tak menerimanya. Hal tersebut sama sebagaimana pada apa yang memang sedang diinginkannya tidaklah tercapai hingga menimbulkan emosi-emosi apapun itu.
Tetapi, ketika pada saat nanti penolakan itu menjadi penerimaan melalui proses, maka ia juga akan paham bila saja itu dihubung-hubungkan dengannya yang memang tidak sesuai untuk dirinya, hingga mengatakan bahwa, Dia tidak akan memberikan segalanya yang sesuai pada kemampuan, kelebihan, dan sesuai pula pada kekurangan pada makhlukNya.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa, setiap daripada kata. Ya, kata ..., kata dari sudut manapun itu dan pola kita memahaminya maka akan penuh mempengaruhi emosional dan tindakan yang akan kita lakukan, nantinya.

-Andrew A. Navara-




0 komentar:

Posting Komentar