Sabtu, 28 September 2013 | By: Unknown

Malaikat Cermin - Part 1 : Tentang Sahabat


(Oleh : Andrew Arwind)

Wajahnya usang berpeluhkan kelelehan yang mengkombinasi kepolosan wajahnya. Kantong sampah yang menjelajahi tempat pembuangan barang yang sudah tidak beguna dan berbau busk itu masih bertahan di belakang punggungnya, dengan kemampuan tangannya yang memegang erat bagian ujungnya. Diusapnya butiran peluh keringat ulah matahari yang tak bersahabat dengannya saat ini.
Rasa lelah melanda gadis kecil yang berumur sembilan tahun itu. Sehingga ia menaruh tubuh kecilnya itu duduk di dekat pembuangan sampah di bawah pohon yang sangat rimbun daunnya. Digerakkannya topi merah yang dikenakannya tadi untuk menggapai angin untuk dirinya. Dan sesekali ia memegang perutnya yang tampak melilit dirinya. Mungkin ia lapar.
“Tampaknya akan turun hujan.” Suara kecil mengagetkan dirinya. Melihat kanan-kiri dan beridiri mencari asal suara itu berasal.
“Gadis kecil, mengapa kau tampak lelah.”
Gadis kecil itu masih saja sibuk mencari suara itu.
“Hey..” Sesosok kecil mengagetkannya ketika berada di depan wajahnya.
“Kamu siapa ? Maaf kalau aku menganggu istirahat siangmu.” Katanya dengan lugu. Dan kembali ia melepas penatnya.
Gadis itu melengkungkan bibirnya ketika melihat sosok kecil itu di depannya. Langsung saja makhluk kecil itu duduk di pundak kirinya. Sosok kecil yang memakai sepatu kaca, rambutnya dikuncir kecil berjumlah dua dengan sayap kecil dibelakang punggungnya.
“Kau mengapa Rosa tidak bermain saja dengan anak seusiamu. Bukankah itu lebih enak, jika dibandingkan mencari sampah yang begitu kotor dan bau seperti itu ?”
Rosa diam. Ia tak menjawab.
“Aku tak punya orang tua lagi Iro. Dan ini satu-satunya yang bisa untuk mencukupi kebutuhan untuk makanku.” Ia menatap Iro. Mengharap Iro bisa merubah penderitaan dia menjadi bahagia dengan sihir dia. Sihir yang biasanya dimiliki oleh setiap malaikat kecil.
Memang sejak lahir Rosa tak tahu dimana orang tua ia berada. Dan satu tahun yang lalu panti asuhan tempat ia dititipkan tergusur oleh pemilik tanah. Merubah panti asuhan tempat ia tinggal menjadi gedung yang menjulang tinggi, dengan taman yang begitu luas yang juga masih terlihat dalam tahap penyelesaian. Sungguh miris. Pemilik tanah tak memikirkan nasib mereka yang masih kecil seumuran Rosa. Terlebih umur mereka yang ada di bawah Rosa.
“Kamu sendiri, mengapa di sini, Iro ?” Tanya Rosa.
“Aku sama sepertimu Rosa. Aku disini tinggal di dalam cermin yang kau pegang saat ini.” Iro menunjuk ke arah cermin yang berada di samping Rosa. Cermin yang berukuran minim, berbentuk bundar warna pink, dengan tambahan stiker kartun anjing snoopy. “Hanya cermin itu teman aku, tak ada teman lain.” Iro melanjutkan.
Iro dengan sangat gesit terbang masuk ke dalam cermin yang tergeletak di samping Rosa. Ia seperti orang yang ketakutan, ketika melihat sosok wanita tua yang membuang sampah di tempat peristirahatan Rosa saat melepas penat.
“Sedang apa anak kecil, kamu di sini ?” Tanya ibu tua.
“Kau pemulung kecil ??”
Rosa menganggukkan kepalanya.
Ibu tua yang setelah membuang sampah dan mengusap rambut Rosa dengan lembut itu pergi meninggalkan Rosa.
“Syukurlah…”
“Kamu kenapa terlihat begitu ketakutan Iro ??”
“Kau tak mengerti. Aku tak ingin kehilangan sahabatku itu !!” Jawabnya begitu ketus.
Bagi Iro, cermin tempat ia tinggal adalah sebagai sahabatnya juga. Ia tak ingin lepas dari sahabatnya itu.
***
Cuaca berubah begitu sangat cepat sekali. Baru saja tadi terasa sangat panas yang begitu menyengat. Tetapi malam ini berganti dengan hujaman air hujan. Dan kali ini adalah kali pertama hujan saat bulan Oktober.
Tubuh kecil tak berdaya itu menggigil begitu hebat. Terlebih terhembus angin begitu kencang menerpa tubuhnya. Iro yang melihat kondisi itu tidak dapat berbuat apa-apa. Ia memang bukan malaikat atau peri kecil yang hebat dengan sihirnya. Ia tak meiliki kemampuan seperti itu.
Iro terbang begitu cepat menembus butiran hujan yang memukul tubuh mungil seukuran dirinya. Sesekali ia yang terbang tinggi jatuh menjadi rendah. Ia menuju rumah ibu tua. Ia mengetuk pintu, tetapi ibu itu tak keluar dari balik pintu. Iro terbang ke bawah mencari kerikil kecil yang bisa diangkat. Setelah menemukannya, ia melempar dengan sangat kuat ke arah pintu. Sontak membuat Ibu tua di balik pintu itu berdiri dan membukakan pintu.
Iro terjatuh dan terpelanting di atas daratan yang berair. Ia terseret. Sayapnya basah kuyup, sehingga menjadikan dirinya tak bisa terbang. Sedangkan Ibu yang tak menahu Iro, ia bergegas lari menuju sosok gadis yang tergeletak dengan menggenggam cermin, rumah Iro.
Dibopongnya tubuh Rosa masuk ke dalam rumah. Mengganti semua pakaian yang basah dan membantu mengeringkan rambutnya dengan handuk serta mengganti pakaian seadanya di dalam rumah itu.
Tubuh mungil itu berselimutkan kain tebal yang hangat. Dan disampingnya tergeletak cermin mungil.
Ketika ia tersadar dari tidurnya, ia melihat tidak ada Iro di depannya. Ia tak tahu kalau sebenarnya Iro terbawa arus yang entah kemana membawa dirinya pergi. Dipandangi erat-erat cermin itu. Dan membuat air matanya menetes. Rasa sepi tanpa Iro terasa olehnya, meskipun dirinya telah menemukan keluarga baru yang menampung dirinya dan meskipun juga dirinya baru saja mengenal Iro.
Beberapa kalimat muncul seketika di dalam cermin ketika ia melihatnya dengan linangan air matanya. Sambil mengangguk-angguk.
“Pandanglah dirimu di dalam cermin ini, kau akan menemukan siapa kawan, siapa yang menjadi musuh, teman, dan keluargamu yang sebenarnya. Dialah yang ada di dalam cermin. Dia yang akan menuntunmu.”
 Satu alasan yang menjadi alasan Iro juga. Ia tak ingin melepaskan cermin itu jauh darinya ketika kesepian melanda. Ia percaya, hanya dirinya sendiri yang bisa merubah segalanya. Bukan orang lain, bukan pula sihir yang dimiliki oleh keluarga Iro.
Iro kini tinggal satu kenangan yang tak akan terlupakan baginya, meskipun mulai saat ini Rosa tinggal bersama ibu tua yang menolongnya.
Hanya cermin malaikat itu yang kini menemani dirinya sebagai pengganti Iro. Ia berusaha tak sedih kehilangan Iro. Karena sahabat akan selalu ada di hati walaupun ia tak ada di depannya dan tak tahu bagaimana kabarnya


Lanjutan : 

2 komentar:

Unknown mengatakan...

nice story, like this :)

Kamiluddin Azis mengatakan...

Ceritanya lembut, makin pandai kamu Ndrew

Posting Komentar