(Oleh: Andrew A. Navara)
Menulis adalah
suatu keindahan…. Menulis adalah suatu jejak…. Menulis adalah suatu perjalanan….
Menulis adalah suatu pelepasan emosi yang dirasa sudah bisa dilepaskan di
dalam benak yang membelit, dan setelah kita menumpahkannya di atas secarik
kertas dengan kata yang paling jujur akan merasakan suatu kepuasan, kepuasan
yang meringakan sedikit beban…. Menulis adalah suatu kepuasan…. Atau.., menulis
adalah suatu tanggung jawab yang sudah kita selesaikan bahkan mungkin suatu
tanggung jawab yang akan kita selesaikan untuk esok, dua hari, dua minggu, dua
bulan atau mungkin.., dua tahun.Dan masih banyak lagi jawaban yang ketika kita
diberi suatu pertanyaan “Apa tujuanmu untuk menulis?”
Tetapi bagi saya
menulis adalah suatu historis dimana kita akan meninggalkan jejak tentang suatu
peristiwa yang pernah kita jalani di masa lalu, sebagaimana kebanyakan para
wanita yang kerap memiliki diary.
Mereka menulikan semua kejadian yang dialaminya setiap harinya, entah itu saat
ia senang, sedih, pertama kali bekerja, suatu keadaan yang membuatnya berharga,
bahkan dicampakkan oleh teman, sahabat, bahkan seorang yang begitu dicintainya.
Diary…. Suatu bendahara peristiwa
yang ketika kita membukanya akan terpingkal dan merasa bodoh dengan kejadian
yang lalu-lalu. Bendahara peristiwa yang tak pernah kita sadari dapat membuat
masalah kita yang berat menjadi berkurang setelah menuliskannya di sana dengan
menyisipkan beberapa rapal doa di tengah atau pun dipenutupnya, membuat kita
semakin bahagia. Mungkin tak hanya bahagia saja. Antusias juga. Disaat kita
menuliskan banyak kejadian yang begitu menyenangkan yang setelah kita alami dan
target yang terkadang membuat kita semangat saat kita menuliskannya di dalam
perbendaharaan peritiwa.
Lalu…, mengapa
kita lelaki tak memiliki perbendaharaan peristiwa sebagaimana wanita-wanita? Terlalu
tangguh dan tak ingin mengingat tulisan di dalam diary ketika akan membukanya
nanti? Atau malukah dengan kegagahan mereka yang akan terlihat feminis sebagaimana
kebiasaan sebagaimana wanita yang kerap membingkai peritiwa mereka di dalamnya?
Menulis itu bukan masalah lelaki atau wanita. Semuanya berhak dan tak ada
larangan. Atau membingkai peristiwa di dalam diary itu terkesan feminim
sebagaimana seperti wanita. Tahukah kau?? Menulis dapat membuatmu bahagia
kembali ketika kau mersa sedih, menulis dapat membuatmu tertawa dan merasa bodoh
ketika kau membuka perbendaharaan peritiwa yang kau tulis di dalam diary. Tak hanya itu, bahkan lebih dari
itu. Menulis dapat membuatmu betapa kasih Tuhan kepadamu dalam peristiwa yang
kau alami. Kau akan menemukan didalamnya suatu peristiwa yang saling ada
keterhubungan antara masalahmu dan sebab Dia memberikan sebuah ujian itu. Betapa
banyak alasan mengapa Ia memberikan banyak masalah ketika kau rajin membingkai
peritiwa yang kau alami di dalam diarymu, dan juga dia kan memberikan penawar
walaupun itu sedikit, atauuu… tak pernah kau rasakan sebab kau tak menyadarinya…,
atau kau masa bodoh atas penawar yang hanya sedikit atau sekecil apapun itu.
Tahukah kau,
rahasiaNya itu yang kerap membuat kita menjadikan misteri dan mencari tahu akan
jawabannya yang telah Ia berikan kepada kita akan kita tahu dan semua akan
terjawab setelah kita membaca apa yang kita tulis setelah kita mengalaminya.
Sebagaimana
pepatah yang mengatakan,
“Tulislah apa
yang kau lakukan…. Dan…. Lakukan apa yang kau tulis.” Mungkin itulah maksud
yang dapat saya ambil dari satu kalimat pertama, ‘Tulislah apa yang kau lakukan.”
Lalu, bagaimana
menurutmu dengan kalimat kedua yang tertulis dengan ‘Lakukan apa yang kau tulis.’?
Dari kalimat kedua yang dapat saya ambil adalah, menulis dalam konteks suatu
agenda yang akan kita lakukan dikeesokan harinya, dua minggu, dua bulan atau
dua tahun nantinya mungkin? Bukankah itu juga sangat perlu guna mengingatkan
tentang tanggung jawab yang akan kita lakukan untuk keesokan? Benar sekali…,
menulis suatu jadwal atau agenda juga dapat dibilang sebagai alarm, pengingat
kita. Sebab tahukah kau, sebab jadwal sebagaimana janji yang wajib untuk ditunaikan.
Maka dari itu…, tulilah kewajiban yang
akan kau kerjakan, dan kerjakan dengan sungguh-sunguh apa yang sudah kau tulis.
Menulislah…, tak
usah peduli anggapan orang lain tentang siapa kamu, tentang apa jenis kelaminmu…, sebab itu akan membuat dirimu lebih baik.
Terlebih menulis di dalm buku harianmu atau dibuku agendamu sebagai alarm untuk menjalani kehidupan diesok
hari atau agenda untuk tujuan masa depan. Bukankah masa depan itu juga perlu
ditulis, tidak hanya sekedar diingat saja bukan? Sebagaimana kita ketahui,
ingatan itu terkadang tak sebaik apa yang sudah kita tuliskan di atas secarik
kertas dan kita menyimpannya.
0 komentar:
Posting Komentar