Siapa yang tak kenal dengan Buya Hamka?
Semua pasti kenal akan beliau.
Semua pasti kenal akan beliau.
Berikut quote beliau yang terkumpul
dalam goodreads yang saya copas ke dalam blog saya.
Sebagai simpanan dan pelajaran pula bagi saya.
----
“Cinta itu adalah
perasaan yang mesti ada pada
tiap-tiap diri manusia,
ia laksana setitis embun yang turun
dari langit, bersih dan suci.
Jika ia jatuh pada tanah yang subur,
di sana akan tumbuh
kesucian hati, keikhlasan, setia,
budi pekerti
yang tinggi dan lain-lain perangai
terpuji.”
***
“Kecantikan
yang abadi
terletak
pada
keelokan
adab dan ketinggian
ilmu
seseorang.
Bukan
terletak pada
wajah
dan pakaiannya”
***
“Kata-kata yang lemah dan beradab
dapat melembutkan hati dan manusia
yang keras”
***
“Kalau
hidup sekadar hidup,
babi
di hutan juga hidup.
Kalau bekerja sekadar bekerja,
Kalau bekerja sekadar bekerja,
kera
juga bekerja.”
***
“Diribut
runduklah padi
Dicupak
datuk Temenggung
Hidup
kalau tidak berbudi
Duduk
tegak kemari canggung
Tegak rumah karena sendi
Runtuh
budi rumah binasa
Sendi
bangsa ialah budi
Runtuh
budi runtuhlah bangsa”
***
“Hujung
akal itu fikir,
pangkal
agama itu zikir”
***
“Saya akan pikul rahasia itu
jika engkau percayakan kepada saya
dan
saya akan masukkan ke dalam
perbendaharaan hati saya
dan kemudian saya kunci pintunya
erat-erat.
Kunci itu akan saya lemparkan
jauh-jauh
sehingga seorang pun tak dapat
mengambilnya ke dalam lagi.”
***
“Lebih
banyak orang menghadapi kematian
di
atas tempat tidur daripada orang yang mati di atas pesawat.
Tetapi
kenapa lebih banyak orang yang takut mati ketika menaiki pesawat
daripada
orang yang takut menaiki tempat tidur.
More people can see the face of death
while
their sleep in their own bed rather than people
who
can see the face of death while their flying in the plane.
But
why more people scare to take a plane than people who take a bed.”
***
“Positif, bukan negatif.
Aktif, bukan pasif.”
“Jelas
sekali bahwasanya rumah
tangga
yang aman damai ialah gabungan
di
antara tegapnya laki-laki dan halusnya perempuan”
***
“Panggilan
'ayah' dari anak-anak,
ketika
si buruh pulang dari pekerjaannya,
adalah
ubat duka dari dampratan majikan di kantor.
Suara
'ayah' dari anak-anak yang berdiri di pintu,
itulah
yang menyebabkan telinga menjadi tebal,
walaupun
gaji kecil.
Suara
'ayah' dari anak-anak,
itulah
urat tunggang
dan
pucuk bulat bagi
peri
penghidupan manusia.”
***
“Tuhan,
di dunia dan akhirat
aku
ingin mengabdi
pada
api Islam abadi
pimpin
aku!
berkati
perjuanganku!
Tuhan,
aku ingin maju
menerjang
rintangan engkar
di
dadaku biar menggema
Allahu
Akbar!
Allahu
Akbar!”
***
“Ilmu
mengarang itu diperdapat lantaran dipelajari;
diketahui
nahu dan saraf bahasa
dan
dibaca karangan punjangga-pujangga lain dan menirunya,
bisa
orang menjadi pengarang."
***
“Kemunduran negara
tidak akan terjadi kalau
tidak kemunduran budi dan kekusutan
jiwa."
***
“Jangan
takut jatuh,
karena
yang tidak pernah memanjatlah
yang
tidak pernah jatuh.
Jangan
takut gagal,
karena
yang tidak pernah gagal
hanyalah
orang-orang yang tidak pernah melangkah.
Jangan
takut salah,
karena
dengan kesalahan yang pertama kita dapat
menambah
pengetahuan
untuk mencari jalan yang benar pada langkah
yang kedua.”
***
“Kerana
apabila saya bertemu dengan engkau,
maka
matamu yg sebagai bintang timur itu sentiasa menghilangkan susun kataku”
***
“Oleh sebab itu maka bertambah tinggi
perjalanan akal,
bertambah
banyak alat pengetahuan yang dipakai,
pada
akhirnya bertambah tinggi
pulalah
martabat Iman dan Islam seseorang”
***
“Cinta
bukan melemahkan hati,
bukan
membawa putus asa,
bukan
menimbulkan tangis sedu sedan.
Tetapi
cinta menghidupkan pengharapan,
menguatkan
hati dalam perjuangan menempuh
onak
dan duri penghidupan.”
***
“Anak
lelaki tak boleh dihiraukan panjang,
hidupnya
ialah buat berjuang,
kalau
perahunya telah dikayuhnya ke tengah,
dia
tak boleh surut palang,
meskipun
bagaimana besar gelombang.
Biarkan
kemudi patah,
biarkan
layar robek,
itu
lebih mulia
daripada
membalik haluan pulang.”
***
“Salah
sekali persangkaanmu, Sahabat!
Bahwasanya
air mata tiadalah ia memilih tempat untuk jatuh,
tidak
pula memilih waktu untuk turun.
Air
mata adalah kepunyaan berserikat,
dipunyai
oleh orang melarat yang tinggal di dangau-dangau yang buruk,
oleh
tukang sabit rumput yang masuk ke padang yang luas dan ke tebing yang curam,
dan
juga oleh penghuni gedung-gedung yang permai dan istana-istana yang indah.
Bahkan
di situ lebih banyak orang menelan ratap dan memulas tangis.
Luka
jiwa yang mereka idapkan, dilingkung oleh tembok dinding yang tebal dan tinggi,
sehingga
yang kelihatan oleh orang luar atau mereka ketahui hanya senyumnya saja,
padahal
senyum itu penuh dengan kepahitan.”
***
“Manakah
yang besar penderitaan kita
dengan
penderitaan Nabi Adam?
Yang
di dalam surga bersenang-senang dengan istrinya,
lalu
disuruh ke luar.
Dan
manakah yang susah penderitaan kita
dengan
penderitaan Nabi Nuh,
yang
menyeru umat kepada Islam,
padahal
anaknya sendiri tidak mau mengikuti?
Sehingga
seketika disuruh Tuhan segala ahli kerabatnya naik perahu,
anak
itu tidak ikut.
Malah
ikut karam
dengam
orang banyak di dalam gulungan banjir.
Di
hadapan matanya!
Dan
kemudian datang pula vonis Tuhan
bahwa anak itu bukan keluarganya.
Pernahkah kita lihat cobaan
Pernahkah kita lihat cobaan
serupa
yang ditanggung Ibrahim?
Disuruh
menyembelih anak untuk ujian,
ke
manakah dia lebih cinta,
kepada
Tuhannyakah atau kepada anaknya?
Yakub
dipisahkan dari Yusufnya.
Yusuf
diperdayakan seorang perempuan.
Ayub
ditimpa penyakit yang parah.
Daud
dan Sulaiman kena bermacam-macam fitnah.
Demikian
juga Zakaria dan Yahya.
Yang
memberikan jiwa mereka
untuk
korban keyakinan.
Isa
al-Masih pun demikian pula.
Muhammad
lebih-lebih lagi.
Pernahkah
mereka mengeluh?
Tidak,
karena
mereka yakin bahwa kepercayaan kepada
Tuhan
menghendaki
perjuangan dan keteguhan.
Mereka
tidak menuntut kemenangan lahir.
Sebab
mereka menang terus.
Mereka memikul beban seberat itu,
Mereka memikul beban seberat itu,
menjadi
Rasul Allah,
memikul
perintah Tuhan karena cintakan manusia.
Oleh
karena itu mereka tempuh kesusahan,
pertama
membuktikan cinta akan Tuhan,
kedua
menggembleng batin, ketiga karna rahim yang sayang dan segenap umat.”
***
“Kadang-kadang
cinta bersifat tamak dan loba,
kadang-kadang
was-was dan kadang-kadang putus asa.”
***
“Di
belakang kita berdiri
satu
tugu yang bernama nasib,
di
sana telah tertulis rol yang akan kita jalani.
Meskipun
bagaimana
kita
mengelak dari ketentuan
yang
tersebut dalam nasib itu,
tiadalah
dapat,
tetapi
harus patuh kepada perintahnya.”
***
“Takut
akan kena cinta,
itulah
dua sifat dari cinta,
cinta
itulah yang telah merupakan dirinya
menjadi suatu ketakutan,
cinta
itu kerap kali berupa putus harapan,
takut
cemburu, hiba hati dan kadang-kadang berani.”
***
“Tetapi
Tuan...
kemustahilan
itulah yang kerap kali memupuk cinta.”
***
“Apakah
keuntungan dan bahagianya cinta yang tiada berpengharapan?
Bukankah
cinta itu sudah satu keuntungan dan pengharapan?”
***
“Saya
merasa ingat kepadanya
adalah
kemestian hidup saya,
rindu
kepadanya membukakan pintu angan-angan saya
menghadapi zaman yang akan datang.”
***
“Jangan
takut menghadapi cinta.
Ketahuilah
bahawa Allah yang menjadikan matahari dan memberinya cahaya.
Allah
yang menjadikan bunga dan memberinya wangi.
Allah
yang menjadikan tubuh dan memberinya nyawa.
Allah
yang menjadikan mata dan memberinya penglihatan.
Maka
Allah pulalah yang menjadikan hati dan memberinya cinta.
Jika
hatimu diberiNya nikmat pula dengan cinta sebagaimana hatiku,
marilah
kita pelihara nikmat itu sebaik-baiknya,
kita
jaga dan kita pupuk, kita pelihara supaya jangan dicabut Tuhan kembali.
Cinta
adalah iradat Tuhan,
dikirimnya
ke dunia supaya tumbuh.
Kalau
dia terletak di atas tanah yang lekang dan tandus,
tumbuhnya
akan menyeksa orang lain.
Kalau
dia datang kepada hati yang keruh dan kepada budi yang rendah,
dia
akan membawa kerosakan.
Tetapi
jika dia hinggap kepada hati yang suci,
dia
akan mewariskan kemuliaan,
keikhlasan
dan taat kepada Ilahi.”
***
“Yang
amat ajaib ialah peperangan di antara otak dan hati.
Beberapa
saat dia dapat dilupakan dan hati mengikut dengan patuh apa kehendak otak.
Tapi
bila kelihatan rumah tangganya,
atau
kelihatan rupanya sendiri,
dan
kadang-kadang bila namanya disebut orang,
hati
lupa akan perintah otak,
ia
kembali berdebar ia surut kepada kenang-kenangannya yang lama.
Ini
yang kerap kali mengalahkan anakanda.”
0 komentar:
Posting Komentar