Banyak yang menuntut menjadi diri
kita untuk sama seperti orang lain. Terlebih lagi oleh orang terdekat dan juga
keluarga kita, tanpa memikirkan apa-apa yang ada pada diri kita. Pula pada
apa-apa yang memang sedang kita inginkan sewaktu dulu.
Terpaksa adalah akibatnya, hingga
menjalani segalanya menjadi setengah-setengah. Begitupun, bila saatnya nanti
akan memunculkan kata, "Ini bukan mauku pada awalnya."
Penolakanlah pada akhirnya. Lalu,
pada akhirnya adalah penerimaan akan apa yang disesalinya. Mau tak mau, harus
menerima dan juga mengubah presepsi yang tidak mengenakkan itu menjadi yang
mengenakkan bagi dirinya.
Ia paham, bahwa dengan begitu lebih
baik daripada tak menerimanya. Hal tersebut sama sebagaimana pada apa yang
memang sedang diinginkannya tidaklah tercapai hingga menimbulkan emosi-emosi
apapun itu.
Tetapi, ketika pada saat nanti
penolakan itu menjadi penerimaan melalui proses, maka ia juga akan paham bila
saja itu dihubung-hubungkan dengannya yang memang tidak sesuai untuk dirinya,
hingga mengatakan bahwa, Dia tidak akan memberikan segalanya yang sesuai pada
kemampuan, kelebihan, dan sesuai pula pada kekurangan pada makhlukNya.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa,
setiap daripada kata. Ya, kata ..., kata dari sudut manapun itu dan pola kita
memahaminya maka akan penuh mempengaruhi emosional dan tindakan yang akan kita
lakukan, nantinya.
-Andrew A. Navara-
0 komentar:
Posting Komentar