(Oleh : Andrew Arwind)
Wajahnya usang
berpeluhkan kelelehan yang mengkombinasi kepolosan wajahnya. Kantong sampah yang
menjelajahi tempat pembuangan barang yang sudah tidak beguna dan berbau busk
itu masih bertahan di belakang punggungnya, dengan kemampuan tangannya yang
memegang erat bagian ujungnya. Diusapnya butiran peluh keringat ulah matahari
yang tak bersahabat dengannya saat ini.
Rasa lelah melanda
gadis kecil yang berumur sembilan tahun itu. Sehingga ia menaruh tubuh kecilnya
itu duduk di dekat pembuangan sampah di bawah pohon yang sangat rimbun daunnya.
Digerakkannya topi merah yang dikenakannya tadi untuk menggapai angin untuk
dirinya. Dan sesekali ia memegang perutnya yang tampak melilit dirinya. Mungkin
ia lapar.
“Tampaknya akan turun
hujan.” Suara kecil mengagetkan dirinya. Melihat kanan-kiri dan beridiri
mencari asal suara itu berasal.
“Gadis kecil, mengapa
kau tampak lelah.”
Gadis kecil itu masih
saja sibuk mencari suara itu.
“Hey..” Sesosok kecil
mengagetkannya ketika berada di depan wajahnya.
“Kamu siapa ? Maaf
kalau aku menganggu istirahat siangmu.” Katanya dengan lugu. Dan kembali ia melepas
penatnya.
Gadis itu melengkungkan
bibirnya ketika melihat sosok kecil itu di depannya. Langsung saja makhluk
kecil itu duduk di pundak kirinya. Sosok kecil yang memakai sepatu kaca,
rambutnya dikuncir kecil berjumlah dua dengan sayap kecil dibelakang
punggungnya.
“Kau mengapa Rosa tidak
bermain saja dengan anak seusiamu. Bukankah itu lebih enak, jika dibandingkan
mencari sampah yang begitu kotor dan bau seperti itu ?”
Rosa diam. Ia tak
menjawab.
“Aku tak punya orang
tua lagi Iro. Dan ini satu-satunya yang bisa untuk mencukupi kebutuhan untuk
makanku.” Ia menatap Iro. Mengharap Iro bisa merubah penderitaan dia menjadi
bahagia dengan sihir dia. Sihir yang biasanya dimiliki oleh setiap malaikat
kecil.
Memang sejak lahir Rosa
tak tahu dimana orang tua ia berada. Dan satu tahun yang lalu panti asuhan
tempat ia dititipkan tergusur oleh pemilik tanah. Merubah panti asuhan tempat
ia tinggal menjadi gedung yang menjulang tinggi, dengan taman yang begitu luas
yang juga masih terlihat dalam tahap penyelesaian. Sungguh miris. Pemilik tanah
tak memikirkan nasib mereka yang masih kecil seumuran Rosa. Terlebih umur
mereka yang ada di bawah Rosa.
“Kamu sendiri, mengapa
di sini, Iro ?” Tanya Rosa.
“Aku sama sepertimu
Rosa. Aku disini tinggal di dalam cermin yang kau pegang saat ini.” Iro
menunjuk ke arah cermin yang berada di samping Rosa. Cermin yang berukuran
minim, berbentuk bundar warna pink,
dengan tambahan stiker kartun anjing snoopy. “Hanya cermin itu teman aku, tak
ada teman lain.” Iro melanjutkan.
Iro dengan sangat gesit
terbang masuk ke dalam cermin yang tergeletak di samping Rosa. Ia seperti orang
yang ketakutan, ketika melihat sosok wanita tua yang membuang sampah di tempat
peristirahatan Rosa saat melepas penat.
“Sedang apa anak kecil,
kamu di sini ?” Tanya ibu tua.
“Kau pemulung kecil ??”
Rosa menganggukkan
kepalanya.
Ibu tua yang setelah
membuang sampah dan mengusap rambut Rosa dengan lembut itu pergi meninggalkan
Rosa.
“Syukurlah…”
“Kamu kenapa terlihat
begitu ketakutan Iro ??”
“Kau tak mengerti. Aku
tak ingin kehilangan sahabatku itu !!” Jawabnya begitu ketus.
Bagi Iro, cermin tempat
ia tinggal adalah sebagai sahabatnya juga. Ia tak ingin lepas dari sahabatnya
itu.
***
Cuaca berubah begitu
sangat cepat sekali. Baru saja tadi terasa sangat panas yang begitu menyengat.
Tetapi malam ini berganti dengan hujaman air hujan. Dan kali ini adalah kali
pertama hujan saat bulan Oktober.
Tubuh kecil tak berdaya
itu menggigil begitu hebat. Terlebih terhembus angin begitu kencang menerpa
tubuhnya. Iro yang melihat kondisi itu tidak dapat berbuat apa-apa. Ia memang
bukan malaikat atau peri kecil yang hebat dengan sihirnya. Ia tak meiliki kemampuan
seperti itu.
Iro terbang begitu
cepat menembus butiran hujan yang memukul tubuh mungil seukuran dirinya.
Sesekali ia yang terbang tinggi jatuh menjadi rendah. Ia menuju rumah ibu tua.
Ia mengetuk pintu, tetapi ibu itu tak keluar dari balik pintu. Iro terbang ke bawah
mencari kerikil kecil yang bisa diangkat. Setelah menemukannya, ia melempar
dengan sangat kuat ke arah pintu. Sontak membuat Ibu tua di balik pintu itu
berdiri dan membukakan pintu.
Iro terjatuh dan
terpelanting di atas daratan yang berair. Ia terseret. Sayapnya basah kuyup,
sehingga menjadikan dirinya tak bisa terbang. Sedangkan Ibu yang tak menahu
Iro, ia bergegas lari menuju sosok gadis yang tergeletak dengan menggenggam
cermin, rumah Iro.
Dibopongnya tubuh Rosa
masuk ke dalam rumah. Mengganti semua pakaian yang basah dan membantu
mengeringkan rambutnya dengan handuk serta mengganti pakaian seadanya di dalam
rumah itu.
Tubuh mungil itu
berselimutkan kain tebal yang hangat. Dan disampingnya tergeletak cermin
mungil.
Ketika ia tersadar dari
tidurnya, ia melihat tidak ada Iro di depannya. Ia tak tahu kalau sebenarnya Iro
terbawa arus yang entah kemana membawa dirinya pergi. Dipandangi erat-erat
cermin itu. Dan membuat air matanya menetes. Rasa sepi tanpa Iro terasa olehnya,
meskipun dirinya telah menemukan keluarga baru yang menampung dirinya dan
meskipun juga dirinya baru saja mengenal Iro.
Beberapa kalimat muncul
seketika di dalam cermin ketika ia melihatnya dengan linangan air matanya.
Sambil mengangguk-angguk.
“Pandanglah
dirimu di dalam cermin ini, kau akan menemukan siapa kawan, siapa yang menjadi
musuh, teman, dan keluargamu yang sebenarnya. Dialah yang ada di dalam cermin.
Dia yang akan menuntunmu.”
Satu alasan yang menjadi alasan Iro juga. Ia
tak ingin melepaskan cermin itu jauh darinya ketika kesepian melanda. Ia
percaya, hanya dirinya sendiri yang bisa merubah segalanya. Bukan orang lain,
bukan pula sihir yang dimiliki oleh keluarga Iro.
Iro kini tinggal satu
kenangan yang tak akan terlupakan baginya, meskipun mulai saat ini Rosa tinggal
bersama ibu tua yang menolongnya.
Hanya cermin malaikat
itu yang kini menemani dirinya sebagai pengganti Iro. Ia berusaha tak sedih
kehilangan Iro. Karena sahabat akan selalu ada di hati walaupun ia tak ada di
depannya dan tak tahu bagaimana kabarnya
Lanjutan :
2 komentar:
nice story, like this :)
Ceritanya lembut, makin pandai kamu Ndrew
Posting Komentar