Pages

Selasa, 04 September 2018

Engkau yang Kini dan Engkau yang Tumbuh

Engkau yang kini,
adalah kau yang dahulu.
Engkau yang tumbuh, 
adalah kau yang tak lelah dalam menghadapi apapun itu.




Satu yang menjadi ribuan –ketika pengharapan itu muncul- Dan dari ribuan itulah bermuasal dari kesatuan –dan pada ini, selalu-lah dilupakan, lalu kerap dikatakan bahwa ribuah itu adalah berasal dari satu saja. Bukan dari kesatuan yang telah menjadikan ia menjadi kini.  
Engkau yang pernah ada didahulu itu, tetaplah dikenang menjadi orang dahulu, jika saja mereka mengenalmu. Tidak dengan yang tidak mengenalmu, apalagi orang yang baru mengenalmu beberapa hari ataupun jam.

Kesombonganmu akan tampak, jikalau kau bertingkah terlalu keluar daripada dirimu itu. Perubahan memanglah perlu. Akan tetapi, bukan perubahan yang mengubahmu menjadi pribadi yang tidak sejatinya pribadi daripadamu itu.
Kepribadianmu akan dihancurkan dalam sekejap oleh kesombongan. Kepribadianmu akan diangkat sedemikian rupa dengan akhlak dan juga sudut pandang yang tak memihak, sudut pandang yang berbicara apa adanya, sudut pandang yang dibenci oleh lawan dan disukai oleh korban yang benar-benar korban –bukan korban yang memanfaat segala sesuatu hal untuk kepentingan diri dan juga golongannya.
Kau yang mudah dihancurkan itu, kerap merasakan bahwa kau begitu kuat dan angkuh. Sebab kau hanya mengingat pada apa yang kau miliki atas kekuasaanmu. Bukan mengingat pada apa yang seharusnya menjadi kewajibanmu –tanggung jawabmu.
Kita.
Kita pada mulanya membangun sesuatu hal untuk bisa dapat berdiri dan menjadi pribadi yang tumbuh dan berkembang dengan baik dengan usaha yang tak main-main.
Akan tetapi karena sombong dan terlalu terlena akan kekuasaan, pada akhirnya kitalah sendiri yang menghancurkannya tanpa dengan usaha yang lebih, sebagaimana awal mula kita membangun. Dan kemudian daripada itu -kehancuran itu- proporsi lebih banyak adalah menyalahkan orang lain, sebagai sebab utama pada mulanya …, lalu menyadari bahwa itu adalah kesalahan sendiri.
Sayang, seribu sayang. Kesalahan yang pernah dilimpahkan kepada orang lain, tak keluar satu kata ‘maaf’ dari kedua bibir yang pernah mencaci pada yang salah itu.

-Andrew A. Navara-








Tidak ada komentar:

Posting Komentar