Pages

Senin, 24 September 2018

Tuhan yang Tak Berkehendak


Tuhan tidak berkehendak. Justru aturan-aturanNya yang berkehendak dan kemudian menjadi bagian kehendakNya.
Ia memberikan kebebasan-kebebasan. Ia pula yang pada akhirnya meminta pertanggungjawaban atas apa yang sudah dipilihnya itu. Sebab begitulah. Setiap apa yang dilakukan tentu akan mendapatkan balasan atas apa yang dilakukan.
Orang yang mau ke Sumatra, pasti tujuannya ke Sumatra. Nggak akan nyasar ke Jambi (misalnya). Kalaupun nyasar, dia juga akan diberikan kebebasan. Kebebasan untuk memilih berdiam di Jambi. Ataaauu, memilih menuju pada tujuannya itu yang ke Sumatra.
Dan tahukah kau?
Kebebasan itulah yang pada akhirnya menimbulkan kekuasaan yang sekenanya saja (lupa bahwa yang sekenanya saja itu akan berdampak buruk pada dirinya, golongan, dan orang yang berada dalam lingkungannya yang tak tahu apa-apa) kemudian dari yang kekuasaan yang sekenanya saja, muncullah aturan-aturan yang mengharuskan untuk tunduk ini itu yabg harus dipatuhi oleh semuanya, ya semuanya ... tetapi tidak dengan si pembuat.
Jadi kesimpulan adalah:
Manusia adalah pemegang kehendak penuh atas dirinya. Pemegang kehendak yang jika ingin ini-itu, harus mengikuti aturan-aturan; cara-cara dari Tuhan melalui 'itu' yang sudah diketahui banyak manusia di muka bumi ini. Dan yaaa ..., manusia itulah yang akan membawa kemana-kemana tujuan dirinya sendiri itu. 

-Andrew A. Navara-







Tidak ada komentar:

Posting Komentar